Monday, May 13, 2013

[Review] Never Trust A Dead Man - Vivian Vande Velde


Judul: Never Trust A Dead Man

Penulis: Vivian Vande Velde

Penerbit: Grasindo

Tanggal terbit: 2003 (1 April 1999 dalam bahasa asli)

Jumlah halaman: (tidak tercantum di Goodreads)

Rating: 4/5






"Aku sudah dibunuh. Begitulah kematianku. Aku dengar kau memanggilku, oleh sebab itu aku kembali."

Selwyn, seorang pemuda tujuh belas tahun, baru saja putus dari kekasihnya. Anora, nama sang mantan kekasih, lebih memilik Farold yang lebih kaya. Selwyn baru saja meratapi nasib malangnya akibat dicampakkan sang mantan kekasih dan dipermalukan Farold, ketika warga Penryth menuduhnya telah membunuh Farold. Ya, Farold tewas terbunuh dengan luka tusuk di punggung, dan entah mengapa pisau Selwynlah yang ada di tempat kejadian perkara.

Karena semua bukti mengarah ke Selwyn, warga Penryth menghukumnya dengan mengurung Selwyn dalam gua kuburan massal agar ia mati pelan-pelan. Di tengah keputusasaan Selwyn karena kelaparan dan ketakutan, tiba-tiba Elswyth, seorang penyihir, muncul di sana. Dengan kekuatan sihir Elswyth, Selwyn bisa keluar dari gua itu dan Farold bisa hidup kembali dengan wujud seekor kelelawar (sebenarnya ada sedikit kesalahan teknis sampai-sampai Farold hidup dengan wujud kelelawar). Dimulailah petualangan mereka untuk mencari pembunuh Farold sebenarnya.

Semula Selwyn menyamar menjadi seorang pengembara, tetapi karena tak kunjung membuahkan hasil, ia akhirnya meminta Elswyth untuk mengubah wujudnya menjadi Kendra, anak pemilik kafe di Penryth. Dan, oh, dengan sangat mengejutkan Selwyn menemukan ada banyak sekali orang yang diuntungkan atas kematian Farold. Ia mencurigai banyak orang yang mungkin membunuh Farold!
Jadi sekarang, siapa pembunuh Farold?
Mampukan Selwyn membela diri?

--o--

Short review aja kali ya.

Buku ini bukan bacaan yang berat. Cenderung ringan mengarah ke bikin ngakak.
Nah, don’t judge the book from its cover kayaknya berlaku kali ini. Melihat covernya sih, aku pikir ini novel  misteri atau apalah, tapi ternyata nggak juga. Novel satu ini lebih mirip humor sih, walau nggak lucu. Bisa ngebayangin nggak sih kelelawar ngibul? Atau Kendra --yang cewek-- bersuara cowok? Entah kenapa, waktu berusaha ngebayangin ini rasanya pengen ngakak. Walau nggak lucu. Entahlah.

Secara kualitas, novel ini terkesan melayang-layang. Terkadang bukan kualitas cerita yang mampu membuatku murah dalam hal ngasih bintang. Kali ini kemampuan menghibur secara tak disengaja yang diberikan sang penulislah yang membuatku murah hati. Kenapa aku bilang “secara tak disengaja”? Karena aku yakin dalam menulis novel ini, si penulis nggak berpikiran pembaca-gue-haru-ngakak-pembaca-gue-harus-ngakak. Nggak terkesan maksa; kesan yang biasa aku tangkap dari sebuah karya yang emang dimaksudkan untuk bikin pembacanya terhibur.

Recommended. Extremely recommended buat kalian yang tiap hari bacaannya yang berat-berat melulu.

Nah, udah aku bilang kan kalau kali ini cuma short review? :P

No comments:

Post a Comment

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...