Wednesday, May 8, 2013

[Review] Twilight by Stephenie Meyer


Judul: Twilight

Penulis: Stephenie Meyer

Series: Twilight, #1

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tanggal terbit: Maret 2008 (5 Oktober 2005 dalam bahasa asli)

Jumlah halaman: 520

Rating: 3/5



Oh, senangnya bisa bikin review lagi setelah sibuk dengan Tes PMB STIS :D

Mungkin teman-teman masih nggak percaya kalau inilah pertama kalinya aku membaca novel yang satu ini. FYI aja sebenarnya ini karya pertama Stephenie Meyer yang aku baca.

Karena aku rasa semua orang sudah paham tentang ceritanya, nggak apa-apa lah ya kalau aku sempilin secuil spoiler di sini.

Bella Swan hijrah ke Forks untuk tinggal bersama ayahnya. Di sekolahnya yang baru, ia bertemu dengan cowok yang kesempurnaannya di luar akal sehat. Edward Cullen. Cowok misterius dengan warna mata berubah-ubah seperti  suasana hatinya yang juga mudah berubah-ubah. Segala kesempurnaan ragawi Edward langsung membuat Bella klepek-klepek. Dan, ya, mereka akhirnya ketahuan saling menyukai.

Eh, tapi kisah cinta dalam dunia fiksi tentu saja nggak semudah membalikkan telur ceplok yang hampir gosong. Ada rahasia besar yang disimpan si Edward. Si ganteng ini ternyata seorang vampir! Ya, vampir yang suka nyedot darah itu. Jadi jelas banget kalau dengan Bella berdekatan dengan Edward berarti bahaya sedang menyelubungi kehidupan Bella. Yah meskipun Edward dan keluarganya adalah vampir vegetarian, begitu mereka menyebut diri mereka yang nggak nyedot darah orang, tetep aja bahaya.


"Well, dari mana asalmu? Evolusi? Penciptaan? Tidak mungkinkah kami berkembang dengan cara yang sama seperti spesies lainnya, entah itu pemangsa atau mangsanya? Atau kalau kau tidak percaya dunia ini mungkin saja terjadi dengan sendirinya, yang mana aku sendiri sulit memercayainya, apakah begitu sulit untuk memercayai bahwa kekuatan yang sama yang menciptakan angelfish juga hiu, bayi anjing laut, dan paus pembunuh, juga bisa menciptakan kedua jenis kita?”

Bella akhirnya bertemu dengan keluarga Cullen: Carlisle Cullen yang walaupun seorang vampir tapi tetap nekat jadi dokter bedah, Alice yang mempu melihat masa depan, Jasper yang mampu membawa suasana tenang, Esme, Rosalie, Emmett, dan Edward sendiri yang mampu membaca pikiran orang lain (kecuali Bella, entah mengapa).

Bella tengah berapa di antara keluarga Cullen ketika beberapa vampir lain mampir. Dan salah satu dari beberapa vampir itu, yang bernama James, tertarik untuk memangsa Bella! Jadilah keluarga Cullen bahu-membahu untuk menolong Bella agar lolos dari kejaran James.

--o--

Itu tadi sedikit alur cerita Twilight yang nggak terlalu rumit. Sangat simple. Aku justru berpendapat terlalu banyak kalimat yang bisa dihilangkan biar novelnya bisa lebih tipis. Ya, untuk novel dengan cerita sesimpel ini dengan konflik yang cuma satu dan hampir di ending, novel ini agak terlalu tebal. Menurutku konflik yang ada dalam novel ini hanya ketika James pengen makan Bella. Yes, just that. But I don’t know why the novel can be so thick.

Aku sebenarnya cukup suka sama genre romantic, genre yang diusung novel ini karena entah kenapa kalau baca yang romantis-romantis gini jadi keinget sama pacar. Tapi aku lebih suka sama keromantisan yang nggak berlebihan, yang lebih menekankan pada tindakan. Yang aku dapatkan di novel yang satu ini, keromantisannya agak lebay dan mendayu-dayu, apalagi diceritakan dari sudut pandang Bella Swan melalui sudut pandang orang pertama yang amat melankolis. Dia menganggap Edward ini malaikat atau apa. Terlalu banyak pujian yang cenderung nggak masuk akal. Terlalu banyak kalimat “aku mencintaimu” dan “aku akan selalu ada di sini untukmu”. Entah kenapa kesannya jadi Bella ini lembek.

Namun tak bisa dipungkiri bahwa tema yang diusung mbak Stephenie Meyer ini bisa dengan sukses menyedot perhatian kami sebagai pembaca sesuatu yang romantis. Vampir. Forbidden love. Yang aku sebutkan pertama, vampir,  adalah tema yang unik. Sedangkan yang aku sebutkan terakhir, forbidden love-cinta terlarang, adalah tema yang entah bagaimana tetap menarik untuk disimak dan mampu diolah dengan banyak cara.

Edward, oh, dengan segala kesempurnaannya, berhasil membuatku menyukai tokoh satu ini apalagi waktu baca novelnya, aku sekalian bayangin wajah Robert Pattinson. Mendadak inget Cedric Diggory.  Bukan, bukan ketampanannya yang menjadikanku mengidolakan vampir yang satu ini. Lebih kepada karena aku tidak bisa menemukan sosok lain yang bisa kuidolakan *dikeplak mbak Stephenie Meyer*.

Oh ya, masalah cover terjemahan. Ada yang menemukan ke-Uh-Cover-Macam-Apa-Ini-annya? Cewek yang rambutnya pirang itu sebenarnya siapa sih?


Tentu saja aku merekomendasikan buku ini buat pecinta genre romantis :D
Oh, ada yang tahu kenapa aku mencantumkan kutipan yang itu di bagian atas? Karena entah kenapa kata-kata Edward yang satu itu mengingatkanku pada salah satu bab pada mata pelajaran sejarah -,-

No comments:

Post a Comment

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...