Friday, June 21, 2013

[Review] Badminton Freak! - Stephanie Zen

Judul: Badminton Freak!

Penulis: Stephanie Zen

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tanggal terbit: April 2010

Jumlah halaman: 240

Rating: êê궶






Fraya, ketika berusia enam tahun, memulai kecintaannya pada bulutangkis ketika Tante Wenny (ntar deh, kayaknya nama ini familiar banget ya -,-) dan Tante Sissy heboh sendiri saat menonton pertandingan Ricky Subagja dalam Olimpiade Atlanta 1996 lewat layar kaca. Sejak saat itu, Fraya bertekad untuk menjadi atlet bulutangkis. Sayangnya, sang mama melarangnya masuk klub. Maka kandaslah impian Fraya itu.

Dua belas tahun berlalu. Fraya menjalani hobinya hanya lewat ekstrakulikuler sekolah yang, ya tahu lah, stagnan dan gitu-gitu aja. Apalagi dia punya pacar, Albert, yang nggak suka dengan hobi bulutangkisnya ini. Si Albert malah lebih bahagia kalau Fraya jadi anggota cheers. Katanya biar bisa nyemangatin dia kalau lagi main basket.

Nah, saat itulah digelar perhelatan akbar cabang olahraga bulutangkis, Thomas dan Uber Cup. Bahagianya lagi, pagelaran tersebut diadakan di Istora Senayan, jadi Fraya bisa nonton dengan nyaman. Tapi suatu hari karena Fraya bela-belain bohongin Albert demi nonton Uber Cup, dia dihukum pacarnya itu. Faya nggak boleh nonton Thomas dan Uber Cup lagi!

--o--

Novel bertema olahraga keempat yang kubaca setelah Lovasket1, Lovasket 2, dan Lovasket 3. Jadi ya, entah demi apa, aku terpaksa membanding-bandingkan Badminton Freak dengan Lovasket.

Aku pikir sebagai sesama novel bertema olahraga, novel ini akan mirip-mirip dengan Lovasket. Tapi ternyata Badminton Freak berbeda 90 derajat dengan Lovasket (kenapa cuma 90 derajat? Hanya aku dan Tuhan yang tahu)! Secara penceritaan, Stephanie Zen lebih memilih menarasikan histeria Fraya terhadap bulutangkis dibandingkan jalannya pertandingan bulutangkis. Jadi jangan harap kalian akan menemukan penjelasan tentang apa itu smash, jumping smash, serve, passing, dribble (tunggu, ini kenapa jadi ngelantur?) dan sejenisnya. Sebaliknya, kalian justru akan dikenalkan dengan para pemain semacam Sony Dwi Kuncoro, Markis Kido, Hendra Setyawan, Maria Kristin, dan… Dan… Greysia Polii! Ya ampun, nggak nyangka bisa ketemu Polii di sini!

Ya, karena nama-nama di atas emang nama pebulutangkis betulan, jadi aku merasa ditipu sama Stephanie Zen. Seakan-akan para atlet itu benar-benar melakukan apa yang tertulis di novel. Alias novel ini nggak rasa novel, tapi rasa artikel di majalah olahraga. Bukan, bukan karena bahasanya atau apanya, tapi karena rasanya novel ini nyata banget. Gimana ya, soalnya tokohnya aja atlet betulan…

Cuma aja aku agak kecewa sama endingnya. Rasanya kok endingnya gampang banget. Tapi ya mau gimana lagi, namanya juga teenlit. Terus, masalah Albert, kayaknya terlalu dibuat-buat deh. Kalau aku punya pacar nyebelin kayak gitu sih, nggak mungkin lah hubungan akan bertahan sampai dua tahun.

Secara keseluruhan, novel ini bagus. Segar. Lagian Stephanie kayaknya menulis dari hati deh, soalnya di halaman awal doi juga bilang kalau novel ini ditulis berdasarkan passionnya.

NB: Ah, akhirnya aku menemukan namaku dipakai sebagai nama tokoh novel. Tapi, kenapa harus dijadiin nama tante-tante sih? -.-



No comments:

Post a Comment

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...