Wednesday, January 14, 2015

[Review] 23 Episentrum - Adenita

Judul: 23 Episentrum

Penulis: Adenita

Penerbit: Grasindo

Jumlah halaman: 504

Tanggal terbit: 26 Maret 2012

Rating: 4/5

(maafkan jika ini menjadi review pertama sejak hampir setahun aku bolos ngereview. salahkan ion enolat. salahkan sulfadiazin. salahkan gugus pirimidin. salahkan saja mereka hahaha)


"Setiap ilmu yang sudah kita miliki, nanti akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap manusia yang sudah berilmu dan sejahtera karena ilmunya, sebenarnya ia punya satu tanggung jawab untuk memerdekakan orang dari kebodohan dan membuatnya bergerak untuk lebih sejahtera." -novel, p. 116-117

Adenita membuat hal menarik -walau bukan hal yang terlalu baru- dengan membuat sebuah buku dua dalam satu. Ia menulis sebuah buku berisikan dua buku (atau dua buku yang dijadikan satu, aku pun bingung). Dalam sebuah cover kuning ini dapat kita temukan dua buku -sebuah novel dan sebuah suplemen-. Menarik sekali menemukan buku dengan konsep seperti ini sampai-sampai kekalapan menghantuiku saat kaki ini melangkahkan diri di Gramedia Sudirman, Yogyakarta, hampir setahun yang lalu (iya, ini buku timbunan. maklumin aja 😼)

Novel 23 Episentrum berkisah tentang tiga orang dengan tiga karakter yang berbeda dan dengan tiga perjalanan karir yang berbeda.

Matari Anas, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Panaitan, telah berhasil lulus dari tingkat pendidikan strata satu di tengah jepitan masalah ekonomi yang pelik. Cita-citanya sebagai news anchor sudah berada di depan mata ketika lamarannya di TV Berita diterima. Sembari merintis karirnya sebagai news anchor, ia berusaha keras menjalankan visi utamanya: melunasi hutang dengan jumlah fantastis. Namun gaji yang ia peroleh terasa mustahil untuk itu.

Awan Angkasa, treasury finance di Bank Madani. Bukanlah keinginannya untuk bekerja di bidang itu. Sampai pada suatu titik ia menyesal membiarkan ibunya mengarahkan perjalanan karirnya tanpa perlawanan. Passion menarik seluruh perhatiannya, membuat perjalanan karirnya di Bank Madani terlampau datar, namun bukan hal mudah untuk keluar dari dunia yang sudah tiga tahun menghidupinya dan keluarganya.

Prama Putra Sastrosubroto, reservoir engineering di sebuah perusahaan minyak internasional yang harus bolak balik keluar negeri dengan gaji lima puluh dolar per bulan. Segala target hidupnya telah tercapai, sampai ia sadar bahwa terlalu banyak mengejar target membuatnya lupa pada suatu hal. Hatinya pun mati, mengeras. Gaji yang banyak bukanlah kebahagiaan. Ia butuh sebuah perjalanan, perjalanan yang mampu mengembalikan segalanya.


"Entah pelajaran nomor berapa, yang jelas saat ini ia tengah belajar dengan keras akan arti tanggung jawab. Tanggung jawab akan segala langkah yang telah dipilihnya. Langkah untuk bersekolah tinggi atas nama cita-cita dan sebuah kemajuan serta masa depan yang lebih baik..." -Novel, p. 83

--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Suplemen 23 Episentrum berisikan 23 kisah inspiratif tentang orang-orang yang mengejar karir impiannya. Buku ini merupakan bukti bahwa jika kita berani memilih jalan karir maka karir bukanlah hal yang berat untuk dijalani. Kisah yang menurutku paling menarik adalah kisah Mochamad Achir, seorang news anchor (efek mimpi terpendam kali ya wkwk).


"Jangan pernah menyepelekan apa yang dimainkan di masa kecil. Karena bisa jadi, dalam kehidupan masa kecil itulah tumbuh sebuah bakat besar dalam diri seseorang." -Suplemen, p. 83


--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Dari kedua sub-buku (?) ini, jujur aku lebih suka novelnya. Entah kenapa novelnya jauh lebih menginspirasi daripada suplemennya. Suplemennya juga menginspirasi, cuma ya itu, agak kebanyakan kisah, jadi aku sukses bosan di kisah ke sekian belas.

Aku suka kisah tentang Prama, karena penuh dengan nilai-nilai luhur tentang berbagi, tentang kebahagiaan yang nggak bisa diukur dengan seberapa tinggi pendidikanmu dan seberapa besar gajimu. Sementara kisah tentang Awan menurutku sudah terlalu banyak diangkat, dan kisah tentang Tari terkesan agak berlebihan (eh nggak tau juga sih. aku nggak pernah punya hutang sampai segitu puluh juta. aku nggak tahu gimana rasanya hehehe).

Aku jelas merekomendasikan buku ini buat kamu yang masih semangat mengejar mimpi 😘


pic from tumblr


No comments:

Post a Comment

Komentarmu, bahagiaku ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...